“I challenge you to make your life a masterpiece. I challenge you to join the ranks of those people who live what they teach, who walk their talk.” – Anthony Robbins

Pagi ini, seusai sahur.
Saya menyaksikan tayangan pembukaan Olimpiade London 2012. Saya melihat satu demi satu kontingen peserta Olimpiade. Sosok-sosok sumringah nan bangga. Malam itu mungkin bagi para kontingen adalah satu malam sakral dalam hidup mereka. Muda, bertalenta, dan berprestasi. Senyum seolah terpahat permanen dalam tiap langkah mereka.

Mewakili negara merupakan sebuah prestasi tersendiri. Terutama Olimpiade yang seleksinya sangatlah ketat. Maka wajar bagi para kontingen, malam ini menjadi satu momen membanggakan, mengharukan, dan tak terlupakan. Terpilih dari sekian ratus juta penduduk. Berjuang menjadi seorang Olympian.

Nah, para kontingen ini kini sedang menciptakan masterpiece dalam hidup mereka. Masterpiece berupa waktu tercepat bagi para pelari, gaya terindah bagi para pelompat indah, smash terdahsyat bagi para pebulutangkis atau posisi tertinggi bagi para pesepakbola. Masterpiece ini setara dengan gubahan Mozart, sapuan kuas Van Gogh, ataupun cinematografi karya James Cameron.

Kawan pembaca. Lihatlah. Di sekitar kita juga banyak pencetak masterpiece. Adik-adik kelas saya beberapa waktu yang lalu menggondol medali emas dan kontingen Universitas Brawijaya menjadi juara umum dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Beberapa penelitian adik kelas saya adalah temuan bahan aktif sebagai vaksin untuk diabetes, dan temuan bahan aktif sebagai terapi regenerasi stem cell. Kontingen PIMNAS juga merupakan pencetak masterpiece. Pertanyaannya: Bagaimanakah dengan kita?

Continue reading