Tercenung aku menatap layar ponselku. Sebuah hashtag yang mengusikku. #InggrisGratis. Ah Inggris. Inggris merupakan antithesis dalam kehidupanku. Aku ingin tapi pun tidak ingin. Benakku menolak kata Inggris. Tapi sebesar penolakan itu pula hasratku untuk ingin mencari tahu lebih banyak.
Semua gara-gara akun selebtwitter itu. @aMrazing. Dia yang sepertinya meluncurkan ide gila ini. Ke Inggris gratis selama 9 hari. Dan rasanya 9 hari itu cukup memberiku jawaban. Akan ada banyak blank spot dalam hidupku dapat terjawab. Hatiku terus menimbang-nimbang. Siapkah aku untuk menerima kenyataan? Siapkah aku untuk segala konsekuensinya? Termasuk… hilang?
Bagaimana dengan Jo? Dia pasti tidak setuju. Kalau Devita… dia harus tahu. Dan kalaupun aku harus ikut kompetisi ini, Devita-lah yang akan mengikutinya.
“Letakkan dahulu ponselmu. Lanjutkan latihannya.” Ibuku mengingatkan dari dapur. Ah beliau selalu tahu kalau aku menyempatkan menjelajah lini masa twitter di tengah-tengah latihan pianoku.
“Baik, Bu. Ngetwit satuuu lagi aja Bu…” balasku sambil segera mengetik sebuah tweet. Aku tidak berani berbicara langsung dengan Devita tentang ini. Reaksinya tidak bisa kuprediksi. Biarlah lewat twitter saja.
@devita13 devi, coba buka link ini, dan pikirkan. Ini kesempatan langka dan kita harus mengejarnya… http://misterpotato.co.id/ – 15:12, 27 May 2014
Dan kulanjutkan latihan pianoku. Kubiarkan jemariku melayang dan menari di atas tuts piano sembari membayangkan Inggris dan sebuah kenangan di masa lalu. Kumainkan lagu Yesterday milik Beatles dan bersenandung…
Why he… had to go I don’t know! He wouldn’t say…
I said… something wrong! Now I long for yesterday…
*** Continue reading