Nah. Kali ini saya akan membahas tentang sekolah kedokteran. Medical School.

Saya akan bercerita tentang lima hal yang merupakan poin penting dalam kehidupan sekolah kedokteran. Di tiap poin akan ada tiga lini masa. Tiga lini masa itu akan mewakili pemikiran dan opini saya terkait poin yang kita bahas. Masa sebelum kuliah kedokteran. Masa ketika menyelesaikan kuliah preklinik. Dan masa ketika menyelesaikan pendidikan klinik.

Karena terlalu panjang bila kita langsung bahas kelimanya, mungkin akan saya buat serial. Selamat membaca.

Poin 1: Kuliah Kedokteran itu sulit, tetapi tidak sesulit yang dibayangkan

Saya mengawali kuliah kedokteran dengan mengecewakan. IP saya kurang dari 3,00 (berapanya, rahasiaa. Hehe…). Itu membuat saya marah. Marah pada kemalasan saya. Marah pada mudahnya saya mengantuk (serius. Textbook itu semacam memiliki efek sedasi yang luar biasa.) Dan saya marah pada kemampuan menghapal saya yang pas-pasan.

Menghapal.
Well. Ini adalah kemampuan yang bisa dan harus diasah. Di awal kuliah dimana mata kuliah lebih sering bersifat hapalan, kemampuan ini menjadi pembeda. Lebih bagus lagi kalau punya ingatan fotografis semacam Sherlock Holmes. Hehe… Saya punya teman yang ketika mengerjakan soal dia bisa bilang, “soal tadi jawabannya ada di slide. Kanan bawah.” (Slide kuliah biasanya kami print 4 slide/halaman). Oke. Dia tidak memiliki masalah dengan menghapal.

Namun seiring dengan berjalannya perkuliahan, maka metode menghapal ini akan semakin mudah bila diiringi proses memahami. Di awal kuliah materi memang sebagian besar ‘harus dihapal’ (anatomi, fisiologi, biokimia dkk). Namun itu hanya di awal. Nanti, kuliah preklinik yang dibutuhkan pemahaman. Bila kita memahami maka kita lebih mudah menghapal.

Dan komponen penting dalam proses memahami ini adalah materi-materi yang kita dapat di awal kuliah. Jadi kalau kita hanya sekedar lewat di semester-semester awal karena kita merasa tidak suka mata kuliah medis dasar, itu fatal. Dan percayalah, menjadi mahasiswa kedokteran membuat alam bawah sadar kita untuk ingin segera mendapatkan pelajaran kedokteran yang sebenarnya. Kita cenderung tidak sabar untuk segera berkenalan dengan materi Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu kesehatan Anak, Bedah, Ilmu Kandungan dan Kebidanan dkk.

Nikmati prosesnya. Akan lebih mudah memahami patologi (kelainan) bila kita memahami yang fisiologi (normal).

Satu hal yang penting adalah menyeimbangkan dua kepentingan antara ‘mengetahui semuanya’ dengan ‘cukup mengetahui untuk berkompeten’. Kalau dilihat, materi kuliah kedokteran itu… superduper banyak. (Jadi ingat slide fungsi luhur-nya fisiologi.) Dan kemampuan memilah mana yang ‘must to know’ mana yang ‘nice to know’ menjadi sangat penting.

Terkadang memang dosen memberikan banyak kepada kita. Semuanya diterangkan. (Zat A akan menjadi B melalui siklus C diperantarai enzim D yang akan menghasilkan zat E yang akan masuk jalur F dan menghasilkan energi dengan produk sampingan zat G. Dst… dst… zzzz…). Dan tugas kita lah untuk memilah mana yang akan bermanfaat bagi praktek kita nanti. Tidak semua materi itu merupakan kompetensi dokter umum, kadang ada yang terlalu spesialistik.

Sedangkan di pendidikan klinis, terjadi perubahan cara belajar. Di pendidikan klinik inilah kita belajar pada guru kita yang sebenarnya. Ya. Belajar pada pasien. Di sinilah pengaplikasian teori yang kita dapat di pendidikan preklinik. Jadi bagaimana kalau preklinik kita sekedar lewat? Hemm…

Di pendidikan klinik, proses belajar lebih didominasi proses recall data yang kita save. Data yang terserak ini akan menjadi buah puzzle yang akan kita susun dalam tanda dan gejala penyakit, rencana diagnosis, interpretasi hasil pemeriksaan, dan rencana terapi. Semuanya kita olah dengan cepat dan muncul sebagai komunikasi informasi edukasi (KIE) ke pasien.

Melaksanakan kegiatan pelayanan medis, membutuhkan update keilmuan terus menerus. Itu adalah sesuatu yang pasti. Medical doctor is a long life learner.

Maka kesimpulan saya setelah melalui fase pendidikan preklinik dan klinik, akan selalu ada, selalu ada sesuatu untuk kita pelajari, sesuatu yang penting bagi kita dalam menangani dan merawat pasien, dan tidak dapat kita abaikan. Banyak hal yang bisa kita lakukan. Mencari jurnal dan paper baru. Menginterpretasi jurnal paper dan data statistik bukan hal yang mudah. Belum lagi menakar seberapa besar korelasi data yg kita dapat dengan kondisi lapangan yang kita hadapi (misal: data penelitian dengan subjek manusia Eropa sedang pasien kita manusia Asia. Atau dari iklim juga bisa berbeda). Hal tersebut di atas berperan besar dalam kita sebagai ujung tombak pelayanan medis. Bila hari ini kita menemukan paper Cancer Risk Rises in Patients With Chronic Urticaria, siapa yang tahu besok kita akan menemukan apa?

Sekian posting saya. Baru satu poin yang kita bicarakan. Dan sudah sepanjang ini. Kalau saya teruskan saya takut nanti yang baca bisa ngorok. Nantikan posting berikutnya ya. Tentang apa? Masih tentang lima hal tentang sekolah di kedokteran. Apakah benar kuliah di kedokteran itu begitu menyita waktu kita? Tunggu posting berikutnya.

Link:

Lima Hal Tentang Sekolah Kedokteran, Benarkah? (2)

Lima Hal Tentang Sekolah Kedokteran, Benarkah? (3)